Pendapatan Nasional, Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur Ekonomi


 
Prestasi ekonomi suatu bangsa atau negara dapat dinilai dengan berbagai ukuran agregat. Secara umum, prestasi tersebut diukur melalui sebuah besaran dengan istilah Pendapatan Nasional. Pendapatan Nasional bukam hanya berguna untuk menilai perkembangan ekonomi suatu negara dari waktu ke waktu, tapi juga membandingkannya dengan negara lain. Disamping itu, dari angka Pendapatan Nasional selanjutnya dapat pula diperoleh ukuran turunannya seperti pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita.

·        Konsep-konsep Pendapatan Nasional Indonesia
Istilah “Pendapatan Nasional” dapat berarti sempit dan berarti luas. Dalam arti sempit, “pendapatan nasional” adalah terjemahan langsung dari national income. Dalam arti luas “pendapatan nasional” dapat merujuk ke Produk Domestik  Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP), atau merujuk ke Produk Nasional Bruto (PNB) atau Gross National Product (GNP), Produk Nasional Netto (PNN) atau Net National Product (NNP), Pendapatan Perseorangan (PI), Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)ataumerujukkePendapatannasional (PN) alias National Income (NI) .
1.      Produk Domestik Bruto (PDB)
Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlahproduk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor atau disebut juga dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) merupakan nilai pasar dari semua barang dan jasa final yang diproduksi dalam sebuah negara pada suatu periode (Mankiw, 2006, hal : 6), meliputi faktor produksi milik warga negaranya sendiri maupun milik warga negara asing yang melakukan produksi di dalam negara tersebut.

2.      Produk Nasional Bruto (GNP)
Produk Nasional Bruto (Gross National Product) atau PNB meliputi nilai produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu negara (nasional) selama satu tahun; termasuk hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh warga negara yang berada di luar negeri, tetapi tidak termasuk hasil produksi perusahaan asing yang beroperasi di wilayah negara tersebut atau disebut juga dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) merupakan nilai barang dan jasa dalam suatu negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga negara tersebut, termasuk nilai produksi yang diwujudkan oleh faktor produksi yang digunakan di luar negeri, namun tidak menghitung produksi yang dimiliki penduduk atau perusahaan dari negara lain yang digunakan di dalam negara tersebut (Sukirno, 2008,  hal : 35).
Rumus GNP:
                                                                     GNP = GDP – Produk Netto terhadap Luar Negeri
 
 



3.      Produk Nasional Neto (NNP)/(NNI)
Pendapatan Nasional Neto (Net National Income) adalah pendapatan yang dihitung menurut jumlah balas jasa yang diterima oleh masyarakat sebagai pemilik faktor produksi. Besarnya NNI dapat diperoleh dari NNP dikurang pajak tidak langsung. Yang dimaksud pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dialihkan kepada pihak lain seperti pajak penjualan, pajak hadiah, dan lain-lain.
NNI = NNP – Pajak tidak langsung
 
Rumus:



4.      Pendapatan Nasional Neto (PNN)
Produk Nasional Neto (Net National Product) adalah GNP dikurangi depresiasi atau penyusutan barang modal (sering pula disebut replacement). Replacementadalah penggantian barang modal/penyusutan bagi peralatan produksi yang dipakai dalam proses produksi umumnya bersifat taksiran sehingga mungkin saja kurang tepat dan dapat menimbulkan kesalahan meskipun relatif kecil.
NNP = GNP – Penyusutan
 
Rumus:



5.      Pendapatan Perseorangan (PI)
Pendapatan perseorangan (Personal Income) adalah jumlah pendapatan yang diterima oleh setiap orang dalam masyarakat, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa melakukan kegiatan apapun. Pendapatan perseorangan juga menghitung pembayaran transfer (transfer payment). Transfer payment adalah penerimaan-penerimaan yang bukan merupakan balas jasa produksi tahun ini, melainkan diambil dari sebagian pendapatan nasional tahun lalu, contoh pembayaran dana pensiunan, tunjangan sosial bagi para pengangguran, bekas pejuang, bunga utang pemerintah, dan sebagainya.
Untuk  mendapatkan jumlah pendapatan perseorangan, NNI harus dikurangi dengan pajak laba perusahaan (pajak yang dibayar setiap badan usaha kepada pemerintah), laba yang tidak dibagi (sejumlah laba yang tetap ditahan di dalam perusahaan untuk beberapa tujuan tertentu misalnya keperluan perluasan perusahaan), dan iuran pensiun (iuran yang dikumpulkan oleh setiap tenaga kerja dan setiap perusahaan dengan maksud untuk dibayarkan kembali setelah tenaga kerja tersebut tidak lagi bekerja).
PI = (NNI + transfer payment) – (Laba ditahan + Iuran asuransi + Iuran jaminan sosial + Pajak perseorangan )
 
Rumus:





6.      Pendapatan yang siap dibelanjakan (DI)
Pendapatan yang siap dibelanjakan (Disposable Income) adalah pendapatan yang siap untuk dimanfaatkan guna membeli barang dan jasa konsumsi dan selebihnya menjadi tabungan yang disalurkan menjadi investasi. Disposable income ini diperoleh dari personal income (PI) dikurangi dengan pajak langsung. Pajak langsung (direct tax) adalah pajak yang bebannya tidak dapat dialihkan kepada pihak lain, artinya harus langsung ditanggung oleh wajib pajak, contohnya pajak pendapatan.
         DI = PI – Pajak langsung
 
Rumus :

    

·        Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
Berbeda dengan pendapatan pribadi, pendapatan nasional secara sederhana dapat diartikan dengan pendapatan yang diterima oleh semua orang dalam satu negara. Secara lebih terperinci dapat diartikan sebagai jumlah total nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam periode tertentu. Perhitungan pendapatan nasional dapat dilakukan dengan tiga pendekatan:
1.      Pendekatan Produksi
Menurut pendekatan produksi PDB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Unit-unit produksi yg dimaksud secara garis besar dipilah-pilah menjadi 11 sektor atau lapangan usaha, yaitu:
1)      Pertanian
2)      Pertambangan dan penggalian
3)      Industri pengolahan
4)      Listrik, gas dan air minum
5)      Bangunan
6)      Perdagangan
7)      Pengangkutan dan komunikasi
8)      Bank dan lembaga keuangan lainnya
9)      Sewa rumah
10)  Pemerintah
11)  Jasa-jasa
Rumus:
                                                                             Y = [(Q1 X P1) + (Q2 X P2) + (Qn X Pn) ……]
 
 



Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
Q = Kuantitas
P = Harga

2.      Pendekatan Pendapatan
Menurut pendekatan pendapatan PDB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu setahun. Balas jasa yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal, dan keuntungan.
Y = R + W +I + P

 
Rumus:


Keterangan:
Y = Pendapatan Nasional
R = Rent (sewa)
W = Wage (upah/gaji)
I = Interest (bunga modal)
P = Profit ( laba/keuntungan)

3.      Pendekatan Pengeluaran
Menurut pendekatan pengeluaran PDB adalah jumlah seluruh komponen permintaan akhir meliputi:
Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan
Pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok
Pengeluaran konsumsi pemerintah
Ekspor neto (yaitu ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu setahun
     Y = C + I + G + (X – M)
 
Rumus :


Keterangan:
Y = PendapatanNasional
C = KonsumsiMasyarakat
I = Investasi
G = PengeluaranPemerintah
X = Ekspor
M = Impor
·        Metode penghitungan Pertumbuhan Riil
PDB, PNB, PNN dan PN disebut dengan agregat ekonomi maksudnya angka besaran total yang menunjukkan prestasi ekonomi suatu Negara. Menghitung pertumbuhan ekonomi riil, pengaruh perubahan harga yang melekat pada angka agregat ekonomi menurut harga berlaku (current prices), sehingga terbentuk angka agregat ekonomi menurut harga konstan (constant prices) tahun tertentu. Dengan metode untuk mengubah angka menurut harga berlaku menjadi angka menurut harga konstan, yaitu :
1)      Metode Evaluasi
Cara menilai produksi pertahun dengan menggunakan harga tahun tertentu yang dijadikan tahun dasar.
2)      Metode Ekstrapolasi
Cara memperbaruhi nilai tahun dasar sesuai dengan indeks produksi atau tingkat pertumbuhan riil dari tahun sebelumnya.
3)      Metode Deflasi
Cara membagi nilai pertahun dengan harga relatif yang sesuai indeks harga dikalikan 100%.

·        Metode pernghitungan Nilai Tambah
Nilai tambah (added value) adalah selisih antara nilai akhir (harga jual) suatu produk dengan nilai bahan bakunya. Nilai tambah dapat dihitung menurut harga konstan pada tahun dasar tertentu. Ada beberapa cara dalam menghitung nilai tambah menurut harga konstan, yaitu :
1)      Metode Deflasi Ganda
Diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan produksi.  Dalam menghitung nilai tambah dilakukan jika keluaran (output) menurut harga konstan dihitung terpisah dari masukan antara (intermediate-input) menurut harga konstan.
2)      Metode Ekstrapolasi Langsung
Diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan produksi. Dalam perhitungannya dengan menggunakan perkiraan-perkiraan dari perhitungan keluaran menurut harga konstan atau langsung menggunakan indeks produksi yang sesuai.
3)      Metode Deflasi Langsung
Diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan produksi. Dalam perhitungannya dengan menggunakan indeks harga implisit dari keluaran atau secara langsung menggunkan indeks harga produksi yang sesuai, kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah menurut harga yang berlaku.
4)      Metode Deflasi Komponen Pendapatan
Diterapkan dalam perhitungan PDB menurut pendekatan pendapatan. Dalam perhitungannya mendeflasikan komponen-komponen nilai tambah atas pendapatan yang menentukan unsur nilai tambah, yakni pendapatan tenaga kerja, modal dan manajemen.

·        Pertumbuhan Ekonomi
Prof. Simon Kuznets mendefinisikan pertumbuhan ekonomi itu adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, penyesuaian kelembagaan, dan ideologi yang diperlukannya. Definisi ini memiliki  tiga komponen yaitu :
1)      Pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari meningkatnya secara terus menerus persediaan barang;
2)      Teknologi maju merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada penduduk; dan
3)      Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat

Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu wilayah dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP riil di wilayah tersebut.
Untuk dapat meningkatkan pendapatan nasional, maka pertumbuhan ekonomi menjadi salah satu target yang sangat penting yang harus dicapai dalam proses pembangunan ekonomi. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada awal pembagnunan ekonomi suatu Negara, umumnya perencanaan pembangunan eknomi berorientasi pada masalah pertumbuhan. Untuk Negara-negara seperti Indonesia yang jumlah penduduknya sangat besar dan tingkat pertumbuhan penduduk yang sangat tinggi ditambah kenyataan bahwa penduduk Indonesia dibawah garis kemiskinan juga besar, sehingga pertumbuhan ekonomi menjadi sangat penting dan lajunya harus jauh lebih besar dari laju pertumbuhan penduduk agar peningkatan pendapatan masyarakat perkapita dapat tercapai.
Pertumbuhan ekonomi dapat menurunkan tingkat kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan jumlah pekerja yang cepat dan merata. Pertumbuhan ekonomi juga harus disertai dengan program pembangunan sosial.
Rumus menghitung pertumbuhan ekonomi:
                                                g = {(PDBs-PDBk)/PDBk} x 100%
 
 



Keterangan:
g = Tingkat pertumbuhan ekonomi
PDBs = PDB riil tahun sekarang
PDBk = PDB riil tahun kemarin


·        Pendapatan Perkapita dan Penghasilan
Pertumbuhan ekonomi, dihitung berdasarkan pendekatan nilai riil produk domestic bruto (gross domestic bruto), bukan semata-mata menunjukkan peningkatan produk atau pendapatan secara makro. Pertumbuhan ekonomi telah menaikkan pendaparan perkapita masyarakat. Dalam lingkup Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sampai dengan tahun 1993, pendapatan perkapita Indonesia adalah yang terendah. Bahkan masih lebih rendah daripada Filiphinayang akibat ketidakstabilan di dalam negeri, selama periode 1980-1993 mengalami pertumbuhan pendapatan perkapita negativve. Akan tetapi, dibandingkan dengan dua negara lain yang berpendudukan  besar di Dunia, yakni Republik Rakyat Cina (RRC) dan India, pendapatan perkapita Indonesia masih lebih tinggi.Terhadap India, perekonomian Indonesia  bukan merupakan satu-satunya tolak ukur untuk menilai tingkat kemakmuran suatu bangsa atau kesejahteraan rakyat sebuah negara. Pendapatan perkapita adalah sebuah konsep rata-rata, belum menhiraukan distribusinya di kalangan penduduk. Penilaian kesejahteraan penduduk sebuah negeri tidak cukup hanya dengan melihat besar kecilnya pendapatan perkapita, tetapi harus memperhatikan distribusi pendapatan itu dikalangan penduduk. Tolak ukur lain mengenai kesejahteraan (sekaligus kemiskinan) penduduk sebuah negara, yang bukan ditinjau berdasarkan aspek pendapatan aspek pendapatan, sangatlah bervariasi. Ada yang berpendekatan ekonomi, ada juga yang berpendekatan sosial.Tingkat kesejahteraan penduduk dapat pula dilihat melalui alokasi pengeluaran konsumsinya. Semakin sejahtera penduduk suatu negeri, maka semakin kecil pengeluaran konsumsinya untuk pembelian bahan pangan.
Tolak ukur-tolak ukur kemakmuran, apapun pendekatannya serta dari manapun sudut tinjauannya, pada umumnya akan konsisten. Oleh karena itu meskipun tolak ukur dengan tinjauan pendapatan bukan satu-satunya tolak ukur, ini tetap saja relevan dan paling lazim diterapkan.

·        Struktur Ekonomi
Sturktur ekonomi suatu Negara dapat ditinjau dari berbagai sudut, dan berikut ini 4 macam sudut tinjauan, yaitu :
1)      Tinjauan Makro-Sektoral
Sebuah perekonomian yang berstruktur agraris (agricultural), industial (industrial, atau niaga (commercial) tergantung pada sector produksinya.
Tahun 1990 Indonesia masih agraris dan kini sudah berstruktur industrial. Disamping penurunan sector agraris, sector lainnya seperti sector industi pengolahan mengalami peningkatan sehingga kontribusi sektoral dalam membentuk produk domestic bruto atau PN. Jadi, ditinjau secara makro-sektoral struktur ekonomi Indonesia masih dualistis. Sumber utama pencaharian utama sebagian besar penduduk masih pertanian atau agraris. Penyumbang utama pendapatan nasional adalah sector industri pengolahan atau industrial. Dan berarti bahwa secara makro-sektoral ekonomi Indonesia baru bergeser dari struktur yang agraris ke struktur yang industrial.
§  Tinjauan Lain
Pergeseran sruktur ekonomi secara makro-sektoral senada dengan pergeseran secara spasial yang berarti semula berstruktur tradisional/kedesaan kea rah struktur modern/perkotaan. Struktur ekonomi yang dihadapi sekarang merupakan suatu struktur yang transisional. Sedang beralih dari struktur yang agraris ke industrial, dari struktur yang etatis ke borjuis, dari struktur yang kedesaan/tradisional ke kekotaan/modern, sementara dalam hal birokrasi dan pengambilan keputusan mulai desentralistis.
2)      Tinjauan Keruangan
Sebuah perekonomian yang berstruktur kedesaan/tradisional dan bersturuktur perkotaan/modern tergantung pada wilayah dan teknologi yang ada diwilayahnya.
3)      Tinjauan Penyelenggaraan Kenegaraan
Sebuah perekonomian yang berstruktur etatis, egaliter, atau borjuais tergantung pada siapa dan kalangan yang menjadi peranan utama dalam perekonomian yang bersangkutan. Bisa dengan kalangan pemodal atau usahawan (kapitalis).
4)      Tinjauan Birokrasi Pengambilan Keputusan
Sebuah perekonomian yang bersturktur ekonomi sentralistis dan desentralistis.

·        Konsep-konsep Pendapatan ditinjau Kembali
Paradigma pembangunan yang berkelanjutan (suitainable development) bermasalah dengan pendapatan nasional. Konsep pendapatan nasional yang selama ini diterapkan dianggap belum memasukkan faktor biaya kerusakan lingkungan dalam perhitungannya. Akibatnya, pendapatan nasional yang dihasilkan berlebihan (over-counted), tapi juga mennyebabkan orang jadi kurang peduli akan lingkungan hidup.
Konsep pendapatan nasional harus dimodifikasi, dikoreksi dengan biaya kerusakan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan ekonomi. Bila pendapatan nasional dihitung dengan konsep Gross Domestic Product (GDP) dengan biaya lingkungan environmental Cost (EC), maka secara sederhana GDPnya dimodifikasi dengan rumus
        Modified GDP = Conventional GDP – Environmental Cost, (GDPmod = GDP – EC)
 
 



Biaya kerusakan lingkungan (EC) meliputi nilai ekonomi yang hilang akibat berkurangnya kesuburan tanah, keruhnya air sungai sehingga penggunaannya terbatas, dan penipisan cadangan sumber daya alam. Dengan rumus tadi angka pendapatan nasional akan menjadi lebih rendah. Sebagai alternatifnya, konsep baru yang diajukan bernama Purchasing Power Parity (PPP). Dengan ini, PPP mencerminkan daya beli riil pendapatan suatu Negara dapat dikonversikan serta diperbandingkan langsung secara internasional. Perbedaan antara konsep nilai PPP dengan konsep pendapatan per kapita terletak pada metode penyeragaman satuan mata uang. Dalam perhitungan pendapatan per kapita yang dinominasikan dalam satuan US$ dan dapat dikonversikan berdasakan mata uang Negara yang bersangkutan terhadap dollar Amerika Serikat. Nilai PPP sendiri dapat dinyatakan dalam satuan dollar internasional (I$) dan dikonversikan lebih lanjut ke dalam satuan US$ dengan memperhitungkan indeks PPPnya terhadap US$.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Segmentasi Pasar Produk Indomie

Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Nasari

Kependudukan, Ketenagakerjaan, Kesempatan Kerja dan Pengangguran